Konsumen, yang dihantui oleh kekhawatiran mengenai prospek pekerjaan di tengah prospek ekonomi yang suram, terus secara aktif mencari harga murah ketika mereka membeli barang konsumsi seperti produk perawatan pribadi, demikian temuan studi tersebut.
“Merek-merek terkenal juga menjadi korban dari perlambatan ekonomi, namun sejarah besar mereka dapat membantu mereka melewati gejolak ekonomi,” kata Han.
Nilai merek diukur dengan menilai harga premium yang dihasilkannya jika dibandingkan dengan produk atau layanan serupa namun tidak bermerek.
Merek teratas dalam daftar tersebut antara lain penyuling minuman keras Kweichow Moutai dan Wuliangye Yibin, produsen obat Tong Ren Tang, operator jaringan restoran bebek panggang China Quanjude, dan China Construction Bank.
“Mereka telah membawa banyak inspirasi bagi merek-merek baru,” kata Rupert Hoogewerf, ketua dan kepala peneliti Hurun Report. “Penting bagi merek untuk belajar bagaimana mempertahankan tradisi yang telah lama ada dan menghindari tersingkir oleh pasar.”
Daya tahan, nilai aset tak berwujud, dan warisan budaya merupakan elemen kunci kesuksesan merek tersebut, tambahnya.
Yiyuanqing, merek cuka yang berasal dari Taiyuan, ibu kota provinsi Shanxi, Tiongkok tengah, memiliki sejarah nama terpanjang dalam daftar tersebut, yaitu 646 tahun.
Beberapa merek, seperti bank-bank besar, telah membantu membentuk perekonomian nasional Tiongkok selama satu abad terakhir, menjadikannya negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia saat ini.
Beberapa konsumen bersedia membayar calo sebanyak 500 yuan untuk mencicipi teh susu, yang biasanya dijual seharga 19 hingga 23 yuan, karena mereka harus menghabiskan lebih dari dua jam mengantri untuk mendapatkan secangkir minuman terkenal tersebut.
Produk manisan rasa susu White Rabbit menjadi terkenal secara global pada tahun 1972, ketika Perdana Menteri Zhou Enlai mempersembahkannya kepada Presiden AS Richard Nixon.