Jika Anda tertarik untuk mengikuti debat Face Off di masa mendatang, isilah ini membentuk untuk mengirimkan lamaran Anda.
“Berbagi” adalah saat orang tua berbagi informasi tentang anak-anak mereka di media sosial. Ketika seseorang menjadi orang tua, anak-anaknya menjadi bagian dari identitasnya. Oleh karena itu, wajar bagi mereka untuk merayakan bagian dari identitas mereka seperti halnya kepentingan lainnya.
Media sosial memudahkan untuk berbagi pencapaian dan momen berharga dengan orang-orang terkasih. Hal ini juga memungkinkan orang tua untuk mengumpulkan dan menyimpan kenangan tentang perkembangan anak-anak mereka. Oleh karena itu, orang tua cenderung lebih jarang mencetak dan membingkai foto karena mengabadikan dan mengabadikan momen secara online sangatlah mudah.
Sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan dalam The New Educational Review menunjukkan bahwa bagi orang tua yang memiliki bayi, berbagi dapat meringankan isolasi sosial yang muncul saat masa sulit dalam hidup mereka. Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2015 oleh para peneliti dari University of Michigan menemukan bahwa ibu baru merasa didukung ketika postingan bayinya mendapat reaksi positif di media sosial. Menjadi orang tua yang baru pertama kali menjadi orang tua memang sangat melelahkan, namun terhubung dengan ibu dan ayah lainnya secara online dapat membantu mereka agar tidak merasa terlalu sendirian.
Face Off: Apakah media sosial membuat remaja kurang percaya diri dengan citra tubuhnya?
Orang tua juga dapat memanfaatkan internet untuk mencari nasihat mengenai perkembangan anaknya. Menurut survei Pew Research Center pada tahun 2015, 62 persen orang tua di Amerika Serikat melaporkan bahwa mereka menggunakan internet untuk mencari nasihat mengasuh anak. Platform crowdfunding juga dapat membantu orang tua mengumpulkan dana untuk perawatan medis atau kebutuhan khusus anak mereka. Menceritakan kisah mereka dan menggalang dukungan dari masyarakat dapat meringankan beban keuangan dan memastikan seorang anak menerima perawatan yang mereka butuhkan.
Berbagi juga dapat meningkatkan kesadaran tentang keanekaragaman saraf. Dengan berbagi cerita tentang anak-anak dengan neurodiverse, orang tua dapat menantang stereotip dan meningkatkan pemahaman.
Membahas keberhasilan dan perjuangan dalam mengasuh anak dengan komunitas yang lebih luas telah menjadi bagian penting dalam mengasuh anak modern. Untuk terus berbagi pengalaman positif bagi semua orang yang terlibat, penting untuk mencapai keseimbangan antara berbagi dan keselamatan. Selama orang tua menghormati batasan anak-anak mereka dan melakukan postingan dengan mempertimbangkan keselamatan, berbagi dapat menjadi praktik yang bermanfaat.
Media sosial telah membuka dunia yang penuh dengan isu-isu baru untuk kita pertimbangkan. Foto: Shutterstock
Melawan: ‘Berbagi’ merugikan anak-anak
Taylor Ho, 13, Sekolah Internasional Hong Kong
Banyak penelitian yang menunjukkan dampak buruk dari “berbagi”, yaitu ketika orang tua terus menerus memposting foto atau video anaknya di media sosial seperti Instagram atau TikTok. Berbagi tidak pantas karena merupakan pelanggaran privasi anak-anak, dapat mengarah pada penindasan maya (cyberbullying) dan bersifat eksploitatif terhadap anak-anak.
Banyak orang tua yang melanggar privasi anak-anak mereka dengan mengambil foto atau video mereka tanpa izin dan mempostingnya di media sosial. Menurut Common Sense Media, anak-anak mulai mengembangkan rasa privasi dan cara mereka memandang diri mereka sendiri di dunia antara usia lima dan tujuh tahun.
Mengarahkan kamera ke arah anak-anak dan memposting tentang mereka di media sosial tanpa persetujuan mereka berpotensi menyebabkan mereka merasa tidak aman dengan penampilan mereka dan kurang memiliki rasa kepemilikan terhadap tubuh mereka.
Face Off: Apakah remaja Hong Kong ‘berbaring datar’?
Postingan ini juga dapat menyebabkan cyberbullying. Orang tua harus menyadari bahwa orang mungkin menulis komentar kebencian pada postingan anak mereka di media sosial. Orang-orang yang online bisa sangat kejam.
Misalnya, bayangkan ketika Anda berusia tiga tahun, ibu Anda memotret Anda di taman bermain dan mempostingnya di Instagram. Belakangan, seorang remaja menulis komentar kebencian tentang penampilan Anda, dan itu membuat Anda merasa malu. Atau mungkin teman sekelasmu melihat foto itu dan membuat lelucon tentangnya. Meskipun foto tersebut awalnya dimaksudkan untuk mengabadikan momen keluarga bahagia, namun ternyata menjadi lelucon yang kejam.
Bagi sebagian anak yang menjadi populer di media sosial karena sharenting, mereka bisa menjadi komoditas bagi orang tuanya. Akun Instagram atau TikTok yang populer mendapatkan sponsor dari pengiklan, sehingga mendorong orang tua untuk terus memposting foto anak mereka untuk mendapatkan lebih banyak uang. Orang tua dapat dengan mudah menjadi terlalu terobsesi dengan menampilkan gambar-gambar bagus tentang anak-anak mereka alih-alih berfokus pada pola asuh yang baik. Hal ini juga dapat menyebabkan anak merasa bahwa orang tuanya hanya memanfaatkannya demi kesenangan, ketenaran, atau uang.
Berbagi dapat memberikan dampak positif dan negatif pada anak-anak, namun penting bagi orang tua untuk tidak berfokus pada ketenaran, uang, atau perhatian di media sosial – mereka harus mempertimbangkan bagaimana berbagi dapat merugikan anak-anak mereka.