Jika Anda tertarik untuk mengikuti debat Face Off di masa mendatang, isilah ini membentuk untuk mengirimkan lamaran Anda.
Chinny Kwok dari Sekolah West Island. Foto: Selebaran
Reality TV adalah salah satu sektor terbesar di industri televisi, dan acara sejenisnya Terlalu Panas Untuk Ditangani, Balapan Seret RuPaul Dan Mengikuti Perkembangan Keluarga Kardashian membuat pemirsa di seluruh dunia terpaku pada layar mereka. Meskipun banyak dari acara ini tampak konyol, kenyataannya acara tersebut lebih dari sekadar hiburan yang tidak berbahaya; penelitian menunjukkan bahwa hal itu dapat memiliki efek psikologis dan perilaku yang bertahan lama.
Pada tahun 2019, The Mental Health Foundation mensurvei 4.500 orang dewasa di Inggris mengenai dampaknya Pulau Cinta, sebuah acara kencan reality TV, menarik perhatian pemirsa. Mereka menemukan bahwa sekitar 25 persen orang berusia 18-24 tahun mengatakan reality TV membuat mereka khawatir tentang citra tubuh mereka, dan lebih dari satu dari tujuh orang melakukan tindakan menyakiti diri sendiri karena kekhawatiran terhadap tubuh mereka. Kurangnya keragaman tubuh di acara seperti Love Island mencerminkan standar kecantikan yang tidak sehat dan tidak dapat dicapai serta dapat menyebabkan kecemasan dan depresi.
Apakah media sosial membuat remaja kurang percaya diri dengan citra tubuhnya?
Selain itu, banyak dari pertunjukan ini menggambarkan orang-orang dengan kehidupan yang boros dan mewah, yang dapat menimbulkan perasaan malu dan perbandingan di pihak pemirsa. Orang-orang di acara-acara ini, seperti keluarga Kardashian, tidak menjalani kehidupan normal, tetapi seringnya melihat hal ini ditampilkan di televisi dapat menyesatkan dan membuat orang berpikir bahwa mereka perlu hidup seperti itu agar bisa sukses. Hal ini dapat menimbulkan perasaan terisolasi dan kurangnya penghargaan terhadap kehidupan sendiri.
Reality TV juga dapat memiliki dampak neurologis dan memicu perilaku agresif: sebuah artikel di SW Londoner merinci bagaimana para peneliti dari Central Michigan University menemukan bahwa orang-orang menjadi lebih agresif setelah menonton episode reality TV yang berisi agresi verbal dan relasional.
Orang-orang lebih cenderung bersuara keras dan agresif setelah melihatnya di acara TV realitas. Foto: Shutterstock
Hal ini mungkin terjadi karena perilaku tersebut dipasarkan sebagai sesuatu yang “nyata dan tidak sesuai dengan naskah”, sehingga membuat pemirsa percaya bahwa itulah yang dapat – atau bahkan seharusnya – dilakukan oleh orang sungguhan. Fakta bahwa pertunjukan-pertunjukan ini digambarkan sebagai sesuatu yang nyata dan tidak diedit, namun sebenarnya banyak naskahnya, dapat mengacaukan pemahaman seseorang tentang realitas dan apa yang dimaksud dengan perilaku normal.
Yang terakhir, ada juga masalah kecanduan, karena otak kita mulai mendambakan dopamin dan serotonin yang dilepaskan saat kita menonton, menurut Discover Magazine.
Reality TV dapat berdampak besar pada kesehatan mental seseorang, dan penting untuk mengingat hal ini jika Anda memilih untuk menonton.
Bagaimana filter seperti Bold Glamour dari TikTok dapat memengaruhi harga diri remaja
Melawan: Tess Ho, 15, Deerfield Academy (AS)
Tess Ho dari Deerfield Academy (AS). Foto: Selebaran
Dampak reality TV terhadap kesehatan mental tidak seburuk yang diyakini sebagian orang. Pertunjukan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga dapat memberikan peluang untuk pengembangan pribadi. Beberapa program mendidik pemirsa tentang pengetahuan praktis dalam berbagai mata pelajaran sekaligus mempromosikan pola pikir motivasi.
Salah satu cara signifikan acara TV realitas dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental seseorang adalah dengan menginspirasi mereka untuk mengejar tujuan dan minat mereka. Banyak pertunjukan menggambarkan individu yang menunjukkan bakat, keterampilan khusus, dan ketekunan serta kerja keras mereka untuk mencapai tujuan mereka. Ini bisa menjadi dorongan besar bagi orang-orang yang tidak yakin dengan tujuan mereka atau apa yang ingin mereka capai. Contoh acara TV tersebut adalah Tuan Koki, BerhasilDan Demam Gula di Netflix.
Koki bintang Michelin Hong Kong Jayson Tang berbicara tentang kecintaannya pada masakan Kanton dan belajar di bawah bimbingan master Paul Lau
Orang-orang yang menonton acara ini mungkin terinspirasi oleh kesuksesan orang-orang biasa dan ketekunan serta hasrat mereka dalam memasak. Selain itu, pemirsa dapat terdorong untuk mencoba sesuatu yang baru dan berpotensi menemukan bidang minat baru, yang dapat berdampak positif pada kesehatan mental mereka.
Beberapa program dapat mengajarkan orang tentang budaya atau adat istiadat yang berbeda, seperti Perlombaan yang Menakjubkan, di mana para kontestan bersaing dalam tantangan yang ketat dan menuntut di berbagai negara. Melihat tempat-tempat berbeda ini di TV memberikan kesempatan kepada pemirsa untuk melihat negara lain dan bahkan mungkin mendorong mereka untuk keluar dan menjelajahi dunia sendiri.
Melihat orang-orang mengunjungi berbagai negara di TV dapat menginspirasi pemirsa untuk melakukan perjalanan. Foto: Shutterstock
Keberagaman adalah bagian penting dari Amerika mencari Bakat. Pertunjukan ini bersifat inklusif dan menampilkan beragam talenta dari individu-individu dari berbagai latar belakang. Khususnya, dalam satu musim, seorang penyanyi penyandang disabilitas memenangkan pertunjukan tersebut, menginspirasi orang-orang di seluruh dunia untuk tidak pernah menyerah dan bekerja keras untuk mencapai tujuan mereka.
Menonton reality TV adalah tentang hiburan dan relaksasi, yang berdampak positif pada kesejahteraan mental. Sebagian besar platform streaming memberikan peringatan yang memberi tahu pemirsa tentang konten eksplisit atau kekerasan dalam sebuah acara, yang memungkinkan individu menentukan apakah acara tersebut tepat untuk mereka. Penonton memegang kendali dalam memutuskan apa yang ingin ditonton, dan terserah pada mereka untuk memilih konten yang memiliki pengaruh sehat pada kehidupan mereka.