Butuh jawaban atas pertanyaan pribadi yang belum pernah Anda berani tanyakan? Kami pernah ke sana. Baik itu tentang sekolah, masalah keluarga, atau kehidupan sosial, bagikan pemikiran Anda kepada kami. Jika Anda memiliki pertanyaan yang ingin Anda jawab (tentang apa pun), silakan isi ini Formulir Google. Jangan khawatir – Anda akan tetap anonim!
Saya merasa sangat posesif terhadap teman-teman saya. Setiap kali saya memperkenalkan mereka kepada orang lain, orang tersebut menjadi lawan saya, dan saya mulai memperlakukan mereka dengan permusuhan. Apakah ini normal? Apa yang harus saya lakukan?
Hormat kami, Cemburu
Sahabatku mempunyai sahabat yang berbeda – apa yang harus aku lakukan?
Kepada seseorang,
Terima kasih telah menghubungi kami. Sungguh membesarkan hati bahwa Anda telah merenungkan pikiran Anda dan menyadari bahwa merasa posesif dan cemburu terhadap teman Anda tidaklah sehat. Jika Anda tidak mengelola emosi ini, hal ini dapat membahayakan kesehatan mental Anda dan merusak hubungan Anda. Berikut beberapa wawasan yang kami harap dapat membantu:
Biarkan diri Anda merasakan perasaan Anda
Mencoba menekan emosi negatif tidak berhasil karena emosi tersebut terwujud dalam cara lain, bahkan secara fisik. Kecemburuan adalah hal biasa dalam hubungan, jadi luangkan waktu untuk menerima perasaan Anda. Ini tidak berarti menerima bahwa Anda tidak bisa mengubahnya; akui saja bahwa Anda adalah manusia yang merasakan emosi ini.
Anda tidak bisa mematikan perasaan Anda, jadi lebih baik pelajari cara menanganinya! Foto: Shutterstock
Pahami bagaimana sikap posesif memengaruhi Anda
Kecemburuan dan rasa posesif adalah dua hal berbeda yang sering kali berjalan bersamaan; cemburu adalah sebuah emosi, sedangkan posesif adalah sebuah perilaku. Sifat posesif berkaitan erat dengan pergulatan psikologis seperti kekaguman, rasa tidak aman, ketakutan ditinggalkan, kecemburuan, kemarahan, kebencian, dan kekecewaan.
Beberapa orang mungkin takut teman mereka akan lebih memilih kenalan baru dan menggantikan mereka, atau hubungan mereka akan menjadi kurang penting. Mereka mungkin memusuhi orang lain sebagai cara untuk menekan potensi ancaman.
Apa yang memicu perasaan posesif tersebut? Berapa lama emosi ini bertahan dalam diri Anda, dan apakah emosi tersebut memengaruhi Anda secara fisik?
Membantu! Saya cemburu ketika teman saya bergaul dengan teman-temannya yang lain
Rangkullah perspektif alternatif
Karena sepertinya Anda takut kehilangan teman, yakinkan diri Anda tentang sifat baik Anda dan apa yang membuat teman Anda tertarik. Ini akan meningkatkan harga diri Anda dan mengurangi rasa ancaman.
Mungkin Anda seorang pendengar yang baik, atau Anda selalu menyemangati teman Anda saat mereka sedang sedih. Pikirkan tentang kenangan Anda dengan teman-teman dan ikatan yang telah Anda buat. Cobalah untuk memikirkan kembali apa artinya ketika Anda memperkenalkan teman Anda kepada orang baru: sekarang Anda dapat membuat lebih banyak kenangan menyenangkan dengan lebih banyak orang! Hubungan yang sehat bersifat dinamis dan tumbuh seiring berjalannya waktu, jadi berpikiranlah terbuka.
Persahabatan akan tumbuh dan berubah seiring berjalannya waktu – itulah bagian yang menyenangkan! Foto: Shutterstock
Jujurlah dan terbuka dengan teman-teman Anda
Sudahkah Anda berbicara dengan teman Anda tentang perasaan Anda? Komunikasi adalah kunci dalam hubungan apa pun, jadi beri tahu mereka bahwa Anda sedang berjuang melawan pikiran yang saling bertentangan dan kecemburuan.
Mintalah pengertian dan dukungan mereka – ini tidak berarti meminta mereka untuk menyerah pada perilaku Anda, hanya saja Anda menceritakan kesulitan Anda. Dengarkan perspektif dan kekhawatiran teman Anda. Mereka kemungkinan besar akan meyakinkan Anda bahwa Anda tidak perlu khawatir, dan mengungkapkan emosi Anda dengan cara yang tulus dapat memperdalam hubungan Anda dan membantu membangun kepercayaan.
Semoga membantu, Sobat dari Teman
Ketulusan, kepercayaan, dan saling menghormati adalah dasar dari hubungan yang sehat dan langgeng. Jika Anda ingin mempelajari lebih lanjut, coba tautan di bawah ini.
Pertanyaan tersebut dijawab oleh psikolog klinis dari Departemen Kesehatan di bawah Shall We Talk, sebuah inisiatif kesehatan mental yang diluncurkan bersama Komite Penasihat Kesehatan Mental.