Dosen perguruan tinggi asal Malaysia, Ahnaf Hakimi Ahmad, berharap dapat menyelamatkan tradisi kuno wayang kulit dengan menggunakan figur cetakan 3D yang dikendalikan oleh robot, bukan manusia.
“Wayang kulit”, sebuah bentuk seni teater yang pernah populer di Asia Tenggara, khususnya di Malaysia dan Indonesia, secara tradisional ditampilkan dengan patung-patung yang dibuat dari kulit kerbau, yang bayangannya ditampilkan di layar.
Ahnaf, 33, berharap penemuannya, yang didanai oleh hibah sebesar 20.000 ringgit Malaysia (US$4.244), dapat memungkinkan orang untuk menikmati bentuk seni yang cepat memudar “kapanpun dan dimanapun”.
Salah satu dari sedikit drummer jazz wanita profesional Hong Kong yang berbagi keajaiban genre musik
“Sebagian besar remaja dan pemuda saat ini lebih condong ke media sosial dan program televisi. Jadi dengan adanya pertunjukan wayang kulit animatronik ini akan menjadi fenomena baru bagi anak-anak muda ini,” ujarnya saat tampil di salah satu mall di Pulau Penang.
Wayang biasanya menggambarkan kisah-kisah epik Hindu seperti Ramayana dalam pertunjukan teater dan musik yang berdurasi berjam-jam, namun beberapa orang di Malaysia yang mayoritas penduduknya Muslim menganggapnya tidak Islami. Hanya ada sekitar delapan kelompok wayang yang aktif di negara ini saat ini.
Untuk mengatasi kritik tersebut, Ahnaf dan master wayang Mohd Jufry Yusoff, yang menjadi penasihat pertunjukan animatronik, juga menceritakan kisah kehidupan modern sehari-hari dengan boneka robotik mereka.
Mendaftarlah untuk Buletin Guru YP
Dapatkan pembaruan untuk guru yang dikirim langsung ke kotak masuk Anda