Perjalanan Joy Chen Hiu-yan sebagai seniman otodidak dimulai pada usia 13 tahun ketika ia menemukan kecintaannya pada seni melalui karya Jandy Nelson. Aku akan memberimu Mataharinovel dewasa muda yang merenungkan kehidupan dan seni.
“Seni adalah cara saya memahami dunia dan mengekspresikan pikiran dan perasaan saya,” kata mahasiswi berusia 17 tahun dari Li Po Chun United World College of Hong Kong ini.
Dedikasi Joy terhadap pengembangan diri membawanya mendapatkan beasiswa seni, sebuah momen penting yang menempatkannya pada jalur artistiknya. “Memenangkan beasiswa merupakan titik balik bagi saya. Ini memberi saya kesempatan untuk mengeksplorasi media dan gaya artistik yang berbeda,” katanya.
Karya seni oleh Joy, seorang seniman otodidak. Foto: Selebaran
Pada usia 15 tahun, dia terjun ke dunia lukisan cat minyak, mencari inspirasi dari seniman seperti Nicolas Uribe. Perjalanan artistiknya yang unik memungkinkannya menjelajahi berbagai gaya dan media, termasuk seni pahat.
Salah satu proyek penting adalah Metamorfosiss, sebuah instalasi patung yang menggambarkan kesedihan yang dirasakan Joy setelah ayahnya meninggal dunia. Ini menggambarkan metamorfosis internal dalam menerima kehilangan. Proyek ini menyelidiki perjalanan emosional yang dialami seseorang selama masa-masa sulit.
Di luar upaya artistiknya, Joy percaya pada kekuatan seni untuk menyampaikan pesan-pesan penting dan menciptakan perubahan positif, terutama pada isu-isu yang mempengaruhi komunitas marginal. Terinspirasi oleh seniman seperti Frida Kahlo dan Ai Weiwei, Joy menjalankan misinya untuk memasukkan tema keadilan sosial ke dalam karya seninya, mengatasi permasalahan mendesak seperti rasisme anti-Asia di negara-negara Barat selama pandemi Covid-19 dan perjuangan hak-hak LGBTQ.
SOTY 2022/23: Pemenang Pengabdian Terbaik untuk Sekolah adalah seorang pecinta lingkungan yang bersemangat
“Seni adalah alat yang ampuh untuk perubahan. Hal ini memungkinkan saya untuk menjelaskan isu-isu yang sering diabaikan atau disalahpahami,” katanya.
Dedikasi terhadap keadilan sosial melalui seni ini membuat Joy meraih peringkat pertama dalam kategori Artis Visual di Student of the Year (SOTY) Awards. Penghargaan ini diselenggarakan oleh South China Morning Post dan disponsori sepenuhnya oleh Hong Kong Jockey Club. Para juri menggambarkan Joy sebagai seniman otodidak yang telah mengembangkan gaya ekspresi unik melalui gambar.
Komitmen Joy terhadap keadilan sosial juga tercermin dalam perannya sebagai salah satu pendiri Majalah XinSai, sebuah organisasi mahasiswa yang berupaya untuk memberikan keadilan kepada masyarakat global.
Joy mengatakan dia terinspirasi oleh seniman Meksiko Frida Kahlo. Foto: Getty Images
“Majalah XinSai adalah sebuah platform di mana kami dapat memberikan suara kepada mereka yang paling membutuhkan,” jelas Joy. Majalah ini menampilkan wawancara dengan tokoh-tokoh inspiratif, melakukan wawancara jalanan mengenai topik-topik penting, dan mengeksplorasi beragam perspektif di seluruh dunia.
Joy juga merupakan anggota pendiri Sealamat Foundation, yang berbagi kisah komunitas marginal melalui podcast dan platform media sosial. Hal ini bertujuan untuk mengangkat mereka yang memainkan peran penting namun diabaikan dalam masyarakat.
Ke depan, Joy tetap berkomitmen untuk mengedepankan keadilan sosial melalui seni. Dia membayangkan menciptakan karya-karya yang membahas isu-isu kritis, seperti menggambarkan beragam pengalaman komunitas LGBTQ.