Investor asing terus menarik diri dari pasar modal Tiongkok, membuang sejumlah saham dan obligasi senilai US$3,2 miliar pada bulan Desember, bahkan ketika surat berharga negara berkembang (emerging market) yang lebih luas menarik arus masuk.
Ekuitas Tiongkok mengalami arus keluar sebesar US$3,4 miliar dari portofolio non-residen pada bulan terakhir tahun 2023, sementara obligasi Tiongkok hanya mengalami arus masuk sebesar US$189 juta pada bulan yang sama, menurut data awal dari Institute of International Finance (IIF) yang dirilis pada hari Kamis.
Pada bulan November, saham Tiongkok mencatat arus masuk sebesar US$191 juta tetapi investor luar negeri melepas obligasi Tiongkok senilai total US$4,31 miliar.
Sekuritas pasar negara berkembang secara keseluruhan memiliki arus masuk bersih sebesar US$29 miliar untuk bulan kedua berturut-turut, demikian ungkap kelompok perdagangan industri jasa keuangan global yang berbasis di AS dalam Capital Flows Tracker bulanannya untuk bulan Desember 2023.
Sementara saham dan obligasi Tiongkok terus berkinerja buruk, sekuritas pasar negara berkembang lainnya sedang meningkatkan pemulihannya, kata IIF dalam laporannya.
“Ini menegaskan perpecahan antara Tiongkok dan negara-negara berkembang lainnya, menunjukkan adanya perubahan sentimen dari investor,” tambahnya.
“Kepemilikan investor asing atas utang pemerintah daerah di negara-negara seperti Brasil, Republik Ceko, Indonesia, dan Afrika Selatan masih tertinggal jauh dibandingkan sebelum pandemi, sehingga memberikan peluang bagi arus masuk utang yang lebih besar pada tahun 2024,” kata IIF.
“Akan tetapi, aliran dana ke Tiongkok akan terus terhambat oleh meningkatnya risiko geopolitik.”
PBOC telah berjanji untuk mempertahankan kestabilan yuan “pada dasarnya”, dan Administrasi Devisa Negara juga mengatakan akan “mencegah risiko aliran modal lintas batas” dalam rencana kerja mereka untuk tahun 2024 yang dikeluarkan minggu ini.
Zou Lan, kepala departemen kebijakan moneter PBOC, mengatakan bahwa rebound “signifikan” yuan terhadap dolar AS akhir-akhir ini, bersama dengan nilai tukar yang stabil dan “sedikit” meningkat terhadap sekeranjang mata uang, lebih baik untuk “ penyesuaian” langkah-langkah makroekonomi dan stabilisator neraca pembayaran.
“Di masa depan, kami akan terus mempertahankan bahwa pasar memainkan peran yang menentukan dalam pembentukan nilai tukar dan membimbing perusahaan dan lembaga keuangan untuk menetapkan konsep netral risiko,” kata Zou kepada media pemerintah People’s Daily, seraya menambahkan bahwa bank tersebut akan berupaya untuk menstabilkan ekspektasi pasar dan “secara tegas menjaga terhadap risiko nilai tukar yang melampaui batas”.